Bila dilihat dari sisi lain

Semalam aku nggak sengaja menyaksikan kejadian yang mungkin terbilang biasa tapi cukup menyentuh ulu hatiku *janganbaper kejadian yang aku bisa bilang sedikit kompleks namun keliatannya spele.
yaps, semalem aku ikut bapak jemput adikku yang nggak minta dijemput setelah pulang kerja tapi bapak yang inisiatif ngejemput *tumben

Kurang lebih sekitar pukul 10 malam, kebetulan tempat tinggal saya dekat bintaro, iya bintaro yang harga tanahnya per meter bisa sampai 10 ((sepuluh juta)) Juta ke atas, mehong banget yaa... Tapi dengan fasilitas-fasilitas mendukung lainnya yang bisa suatu saat naik drastis atau mungkin bisa seperti harga tanah di Pondok Indah dsb.

yaps, aku bertempat tinggal di pinggiran bintaro masuk ke dalam kampung yang jauh keberadaannya *lebaaay

Iya, jam 10 malam tadi aku dan bapak sudah menunggu di area parkir supermarket di bintaro untuk menunggu adikku yang pertama kali menceburkan diri ke dunia kerja setelah mengikuti training 3 hari berturut-turut di bilangan Jakarta selatan.

Sebetulnya dalam hati yang paling dalam ada rasa kasihan pada adikku, karena dia baru lulus betul dari Sekolah Menengah Kejuruan, tapi apa boleh buat rezekinya bagus betul, setelah lulus dari Sekolah banyak kerjaan yang menghampirinya, kalau kata orang "duit dateng sendiri" tsah sereem haha... dari sekian yang menawarkan pekerjaan, dia memilih untuk menjadi sales promotion girl di supermarket tersebut.

"Kenapa gak kuliah langsung nyobak negeri? Kan peluang gede banget?" kataku setelah dia lulus sekolah.

"Ntar aja mbak, bareng kamu. Mau kerja dulu setahun"

Apa boleh buat dia memilih seperti itu, padahal aku sendiri pun belum tau harus melanjutkan kemana, kehatimu aja boleh?

Ketika aku menunggu adikku keluar dari supermarket tersebut, aku juga melihat hal yang belum pernah aku lihat sebelumnya yaitu mereka motor-motor yang berbaris menunggu seperti tukang ojek dengan jumlah yang cukup banyak dan kebanyakan yang menunggu adalah laki-laki. Mungkin ada beberapa orang saja yang wanita.
Dan itu artinya yang mereka tunggu adalah seorang " Wanita" dan bisa juga kemungkinan "laki-laki"
Awalnya aku cuma kaget dalam hati "wow, banyak banget yang lagi nunggu" dan berangsur biasa aja, yailah namanya juga orang pulang kerja yaa emang banyak pasti yang nunggu, mungkin mereka berpikir lebih aman ketika dijemput oleh keluarganya sendiri atau tukang ojek langganan ketimbang naik angkutan umum yang jarang lewat dengan kondisi malam yang rawan. Emmm

Tapi sejenak aku diam dan berpikir, sambil melihat beberapa karyawan satu persatu mulai keluar dari supermarket tersebut. Termasuk adikku.

Supermarket tersebut yang sangaat tidak asing ditelinga kita, dengan berbagai macam nama dimana-mana, yang memiliki fasilitas gedung yang besar, dengan jumlah mencapai hingga 5 lantai, dengan parkiran yang aman dan sangat memadai untuk menitipkan kendaraan kita pada saat berbelanja, dengan berbagai jenis, macam dan aneka produk-produk yang dijual dari mulai kebutuhan pokok untuk sehari-hari sampai kebutuhan penunjang lainnya (lengkap semua ada disana).
Tapi adakah yang kita hampir lupakan dan sangat berpengaruh terhadap itu semua???
Ada yaitu S D M.

Jelas yang kulihat keluar dari area parkir dan menemui orang-orang yang telah menunggunya itulah mereka, mereka yang disebut SDM. Mereka yang bekerja paruh waktu dengan upah yang sesuai, mereka yang rela pulang malam dan lembur untuk keluarganya, mereka itu semua yang kita lihat menawarkan produk dengan senyuman dan segala kreatifitasnya pada saat kita berbelanja, mereka yang mengarahkan ketika ada diskon, mereka yang sering kena omelan pembeli pada saat terjadi komplainan dan mereka yang ku lihat itu hampir semua adalah seorang wanita.

Bila kita lihat dari sisi lain, kita seringkali mengabaikan mereka-mereka yang bekerja tersebut. Bahkan kita seringkali lupa berterimakasih kepada mereka setelah berbelanja. Kadang kita merasa sebagai raja karena telah membeli produk-produk tersebut, tapi apakah kalian ingat juga. Bahwa mereka itu semua sama denga kita, mereka manusia, mereka juga seorang ibu, mereka juga seorang ayah, mereka juga seorang anak remaja dsb.

Mereka juga sama memperjuangkan kehidupannya, bedanya adalah cara mereka bekerja dan mempertahankan hidup.

Aku melihat mereka penuh dengan makeup yang terang dan penampilan yang cantik dan menarik, tapi dibalik itu banyak yang kita tidak ketahui bagaimana kehidupan sehari-hari mereka. Apa mereka senang dengan pekerjaan tersebut atau mereka hanya sebagian orang yang mau tidak mau berjuang untuk bisa menyambung perekonomian dalam keluarganya.

Sampai pada saat adikku keluar dan menghampiri kami di luar tempat menunggu, ada rasa haru yang menyelimuti diriku bagaimana mereka bisa menjalani peliknya kehidupan saat ini.




Aku juga sebagai wanita, ada rasa bangga melihat mereka. Ada rasa termotivasi secara langsung terhadap diriku yang selalu kadang kurang bersyukur dan suka mengeluh ini bahwasannya wanita tidak lah lemah, wanita tidak lah cengeng, lihatlah mereka. Berjuang untuk kehidupannya. Mencari rezeki yang halal agar terus berharap dapur mereka ngebul dan mencukupi kebutuhan lainnya.

Bersyukurlah kalian yang hidup dengan penuh kenyamanan. Dan bersyukurlah kalian yang juga hidup dengan kekurangan. Segalanya kita syukuri...

Kalimat yang mungkin bisa saya selipkan pada cerita kali ini adalah :

Cara mandiri seorang wanita itu berbeda-beda, hargailah wanita dan lihatlah dari sisi lainnya. Jangan lupa untuk selalu bersyukur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Oktober lalu

Tulisan Blog saya yang terpilih

Ibu-ibu Ketinggalan Dompet (Modus Baru)